Penulis
Dr. Hisarma Saragih, M.Hum
Kategori
Buku Referensi
ISBN
Dalam proses
e-ISBN
Dalam Proses
Ukuran
15,5 x 23 cm
Halaman
ix + 329 hlm
Tahun Terbit
Oktober 2023
Harga
Rp 95.000,-
Sinopsis
Buku ini membahas tentang dinamika penguatan identitas etnik yang dialami orang Simalungun di balik berdirinya GKPS pada 1963 di Simalungun. Perjuangan komunitas orang Kristen Simalungun menunjukkan identitasnya sebagai reaksi atas aksi zending 1903 melakukan misi menyebarkan agama Kristen, politik kolonial Belanda 1907 menguasai Simalungun, dominasi orang Batak Toba dalam Gereja Batak yang dikenal Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), menumbuhkan kesadaran identitas orang Simalungun. Pandangan zending yang menganggap identitas orang Batak Toba sama dengan orang Simalungun ternyata keliru, sehingga proses konversi agama berjalan lambat. Namun pada sisi lain orang Simalungun sadar akan identitasnya (hasimalungunon) yang diabaikan dalam organisasi gereja Batak Toba yang dibentuk zending. Pembahasan buku ini mencakup dinamika penguatan identitas etnik Simalungun dalam berdirinya GKPS; dengan memotret bagaimana identitas etnik Simalungun sebelumnya, serta dinamika apa di balik berdirinya institusi GKPS, Pada realitanya kini menurut buku ini bahwa GKPS menjadi lembaga penyangga identitas Simalungun. Sudah sangat nyata bahwa ada keterkaitan identitas etnik dengan pembangunan orang Simalungun di kabupaten Simalungun khususnya dan di wilayah lain. Buku ini menyajikan uraian yang mendalam dengan didukung sejumlah dokumen arsip yang sezaman, dan literatur yang bertalian dengan bukti-bukti sejarah. Dalam buku ini menunjukan identitas primordial orang Simalungun telah menguat dalam proses terbentuknya GKPS, dalam dinamika tahapan historis temporal 1903, 1928, 1953 dan 1963 yang merupakan puncak perjuangan sehingga berdiri gereja mereka dengan nama GKPS. Identitas orang Simalungun telah ditunjukkan dengan kebersamaan dalam ‘ahab Simalungun’, dan meluas bukan hanya di kalangan komunitas Simalungun Kristen. Orang Simalungun memiliki motivasi untuk bekerja maksimal bukan hanya secara kolektif namun juga secara individu, untuk kemajuan dirinya serta pada gilirannya dalam segala aspek kehidupan dengan tetap memperhatikan identitas etnis ‘hasimalungunon’, dalam melaksanakan pembangunan di Simalungun.